Minggu, 06 Desember 2009

Fakta Lain Dari Ponsel



Dulu pernah ada kabar miring seputar dampak negativ yang disebabkan oleh ponsel,yaitu bahwa "Ponsel Dapat Menyebabkan Tumor Otak."
Tapi faktanya Studi terbaru yang dilakukan ilmuwan Nordic menyebutkan, tidak ada keterkaitan antara ponsel dengan tumor otak.

Para ilmuwan dari Institute of Cancer Epidemiology di Danish Cancer Society, Kopenhagen mendapatkan kesimpulan ini setelah melakukan penelitian selama 30 tahun soal insiden tumor otak di Skandinavia.

Dalam studinya, mereka mengumpulkan data dari 60.000 orang yang di diagnosa menderita penyakit tumor otak glioma dan meningioma di Denmark, Finlandia, Norway dan Swedia dari tahun 1974 hingga 2003.

Hasilnya ditemukan bahwa tumor otak yang di derita para partisipan cenderung stabil selama 30 tahun, dimulai saat ponsel mulai populer. Pun tidak ditemukan perubahan pada penderita tumor otak yang dianalisa pada tahun 1998 hingga 2003, dimana pada saat itu merupakan periode dimana penggunaan ponsel tengah melonjak dengan cepat. Demikian keterangan yang dikutip dari Telegraph, Jumat (4/12/2009).

Hal ini tentunya membatah teori yang menyebutkan bahwa sinyal dari sebuah ponsel bisa mengakibatkan tumor otak bagi penggunanya. Selama ini, dunia sains dan kesehatan kerap berdebat, apakah ponsel memicu kankerd an tumor otak atau tidak.

"Jika ponsel mengakibatkan tumor otak, pastilah kita akan melihat peningkatan yang cukup signifikan pada jumlah penderita tumor otak pada masa penelitian itu. Nyatanya, kita tidak menemukan hal itu, kata pemimpin penelitian Isabelle Deltour.

Namun bagaimana pun, Deltour menyebutkan hasil penelitian ini tidak mutlak benar. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan jika sampel pengguna ponsel tidak cukup luas untuk melihat dampaknya terhadap peningkatan risiko tumor otak.

"Hasil temuan kami bisa saja berarti bahwa ponsel memang sejatinya tidak menyebabkan tumor otak, atau bisa juga karena kita memang belum melihat bukti yang menyebabkan dampak tersebut karena taraf peningkatan risiko tumor otak terlalu kecil untuk diamati dalam populasi ini. Atau bisa juga risiko ini terbatas pada sub kelompok yang sangat kecil dari sampel populasi," ujar Deltour. (rah)



0 komentar:

Posting Komentar